Inews Puruk Cahu – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kalimantan Tengah (Kalteng) mendorong generasi muda untuk ikut serta melestarikan wastra daerah atau kain tradisional khas Kalteng, seperti tenun dan batik motif Dayak. Ajakan ini disampaikan menyusul kekhawatiran bahwa nilai budaya lokal akan semakin tergerus oleh arus modernisasi jika tidak dijaga bersama.
Warisan Budaya yang Kaya Nilai
Anggota DPRD Kalteng menegaskan, wastra bukan hanya sekadar kain, melainkan bagian dari identitas dan warisan budaya masyarakat Dayak. Motif-motif khas, seperti ukiran hampatong, flora, dan fauna endemik, sarat dengan makna filosofis dan sejarah panjang.
“Setiap motif punya cerita dan doa. Inilah yang membuat wastra Kalteng unik dan berbeda dari daerah lain. Generasi muda perlu tahu dan bangga mengenakannya,” ujar salah satu anggota Komisi III DPRD Kalteng, Jumat (13/9/2025).
Generasi Muda Jadi Penentu
Menurut DPRD, peran anak muda sangat penting dalam menjaga keberlangsungan wastra. Saat ini, tren fashion terus berkembang, dan jika generasi muda mampu mengadaptasi wastra ke dalam gaya modern, kain tradisional bisa lebih diminati.
“Kita ingin anak muda tidak hanya melihat wastra sebagai pakaian adat saat acara resmi saja, tetapi bisa menjadikannya bagian dari fashion sehari-hari. Misalnya dipadukan dengan busana modern,” tambahnya.

Baca juga: Pemprov Kalteng bantu 30 petani di Kapuas melalui SLPHT
Dukungan terhadap Perajin Lokal
Selain melestarikan, DPRD juga menekankan pentingnya memberdayakan perajin lokal. Banyak pengrajin wastra di desa-desa yang masih menghadapi keterbatasan dalam pemasaran dan teknologi.
“Kami mendorong pemerintah daerah untuk memberi pelatihan, membuka akses pasar digital, dan memberikan bantuan modal. Dengan begitu, perajin bisa terus berkarya, sementara anak muda bisa menjadi agen promosi wastra ke tingkat nasional maupun internasional,” tegas anggota dewan.
Promosi Lewat Pendidikan dan Event
DPRD juga mendorong agar sekolah dan kampus ikut aktif mengenalkan wastra Kalteng kepada siswa dan mahasiswa. Kegiatan seperti fashion show, lomba desain busana, hingga festival budaya dinilai efektif untuk menarik minat generasi muda.
“Kalau dikenalkan sejak dini, anak-anak akan merasa bangga dan terbiasa menggunakan produk lokal. Perlu ada gerakan kolektif, bukan hanya dari pemerintah, tapi juga masyarakat,” jelasnya.
Harapan ke Depan
Dengan sinergi antara DPRD, pemerintah daerah, perajin, dan generasi muda, diharapkan wastra Kalteng bisa tetap hidup, bahkan menjadi salah satu ikon budaya yang mendunia.
“Kita tidak boleh membiarkan wastra hanya jadi pajangan museum. Harus ada inovasi agar tetap relevan, tanpa menghilangkan nilai filosofinya,” pungkas anggota DPRD.